Tafsir al-Quran (تفسير القرآن‎) adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan al-Quran dan isinya dan berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan al-Quran, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak difahami dan samar artinya, sehingga makna-maknanya dapat difahami secara penuh dan menyeluruh sebagai dasar penting dalam rangka melaksanakan perintah Allah sesuai yang dikehendaki-Nya.

Dalam memahami dan mentafsirkan al-Quran diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab, tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan al-Quran dan isinya. Ilmu adalah suatu ilmu yang bertujuan mengkaji segala aspek yang berkaitan dengannya untuk menjelaskan makna ayat bagi memahami al-Quran serta mengeluarkan hukum darinya. Terdapat tiga bentuk penafsiran iaitu Tafsîr bil ma’tsûr, Tafsîr bi ar-Ra’yi, dan Tafsir Isyari, dengan empat metode, iaitu ijmâli, tahlîli, muqârin dan maudhû’i. Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra bahasa, fiqh, teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya kemasyarakatan.


Sejarah Permulaan dan Perkembangannya

Usaha menafsirkan al-Quran sudah dimulai semenjak zaman para sahabat Nabi S.A.W sendiri. ‘Ali ibn Abi Thâlib (w. 40 H), ‘Abdullah ibn ‘Abbâs (w. 68 H), ‘Abdullah Ibn Mas’ûd (w. 32 H) dan Ubay ibn Ka’ab (w. 32 H) adalah di antara para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan ayat-ayat al-Quran dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain.

Para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan al-Quran antara lain empat khalifah, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin Zubair. Pada masa ini belum terdapat satupun pembukuan tafsir dan masih bercampur dengan hadis.

Sesudah generasi sahabat, datanglah generasi tabi’in yang belajar Islam melalui para sahabat di wilayah masing-masing. Ada tiga kota utama dalam pengajaran al-Quran yang masing-masing melahirkan madrasah atau madzhab tersendiri, iaitu:
  1. Mekkah dengan madrasah Ibnu Abbas dengan murid-murid antara lain Mujahid ibn Jabir, Atha bin Abi Rabah, Ikrimah Maula Ibn Abbas, Thaus ibn Kisan al-Yamani dan Said ibn Jabir.
  2. Madinah dengan madrasah Ubay ibn Ka'ab dengan murid-murid Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi, Abu al-Aliyah ar-Riyahi dan Zaid bin Aslam, dan
  3. Irak dengan madrasah Ibnu Mas'ud dengan murid-murid Hasan al-Bashri, Masruq ibn al-Ajda, Qatadah bin Da'amah, Atah ibn Abi Muslim al-Khurasani dan Marah al-Hamdani.


Bentuk Tafsir al-Quran

Terdapat beberapa bentuk metodologi pentafsiran yang pernah terhasil oleh para mufassirin dan masih wujud hingga kini, iaitu tafsir bi al-ma'thur. tafsir bi al-ra'yi dan tafsir isyari.


1. Tafsir bi al-Matsur

Tafsir bi al-Matsur adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan al-Quran dengan al-Quran, al-Quran dengan as-Sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah, atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi'in karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat.

Tafsir-tafsir bil ma'tsur yang terkenal antara lain:
  1. Tafsir Ibnu Jarir, 
  2. Tafsir Abu Laits As Samarkandy,
  3. Tafsir Ad Dararul Ma'tsur fit Tafsiri bil Ma'tsur (karya Jalaluddin As Sayuthi),
  4. Tafsir Ibnu Katsir, 
  5. Tafsir Al Baghawy 
  6. Tafsir Baqy ibn Makhlad, 
  7. Asbabun Nuzul (karya Al Wahidy) 
  8. An Nasikh wal Mansukh (karya Abu Ja'far An Nahhas).


2. Tafsir bi ar-Ra'yi

Tafsir bi ar-Ra'yi adalah tafsir yang memperbesar peranan ijtihad dibandingkan dengan penggunaan sumber al-Quran dan as-Sunnah bagi tafsir bi al-matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu al-Quran, al-Hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain, seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.

Beberapa tafsir bir ra'yi yang terkenal antara lain:
  1. Tafsir Al Jalalain (karya Jalaluddin Muhammad Al Mahally dan disempurnakan oleh Jalaluddin Abdur Rahman As Sayuthi),
  2. Tafsir Al Baidhawi, 
  3. Tafsir Al Fakhrur Razy, 
  4. Tafsir Abu Suud, 
  5. Tafsir An Nasafy, 
  6. Tafsir Al Khatib, 
  7. Tafsir Al Khazin.

3. Tafsir Isyari

Tafsir Isyari adalah tafsir yang menurut kaum sufi, setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah difahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat qudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan al-Quran inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan ghaib pengetahuan yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari. tafsyir berdasarkan intuisi, atau bisikan batin

Beberapa karya tafsir Isyari yang terkenal antara lain:
  1. Tafsir An Naisabury,
  2. Tafsir Al Alusy, 
  3. Tafsir At Tastary, 
  4. Tafsir Ibnu Araby.


Tokoh-Tokoh Mufassir Yang Terkenal

  • 'Abdullah bin Abbas, dilahirkan di Syi’bi tiga tahun sebelum hijrah, ada yang mengatakan lima tahun sebelum hijrah, dan wafat di kota Thoif pada tahun 65 H, dan ada yang mengatakan tahun 67 H, dan ‘Ulama’ Jumhur mengatakan wafat pada tahun 68 H., banyak melahirkan beberapa tafsir yang tidak terhitung jumlahnya, dan tafsiran dia dikumpulkan dalam sebuah kitab yang diberi nama Tafsir ibnu Abbas. Di dalam kitab ini terdapat beberapa riwayat dan metode yang berbeda-beda, namun yang paling bagus adalah tafsir yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalhah Al Hasyimi.
  • Mujahid bin Jabr, dilahirkan pada tahun 21 H, pada masa ke pemimpinan Umar bin Khattob, dan wafat pada tahun 102/103 H. sedangkan menurut Yahya bin Qhatton, dia wafat pada tahun 104 H., termasuk tokoh tafsir pada masa tabi’in sehingga dia dikatakan tokoh paling ‘alim dalam bidang tafsir pada masa tabi’in, dan pernah belajar tafsir kepada Ibnu Abbas sebanyak 30 kali.
  • Atthobari, bernama lengkap Muhammad bin Jarir, di lahirkan di Baghdad pada tahun 224 H, dan wafat pada tahun 310 H. karangan-karangannya adalah Jami’ul Bayan Fi Tafsiril Qur’an, Tarikhul Umam Al muluk dan masih banyak lagi yang belum disebutkan.
  • Ibnu Katsir, bernama lengkap Isma’il bin Umar Al Qorsyi ibnu Katsir Al Bashri. Di lahirkan pada tahun 705 H. dan wafat pada tahun 774 H. termasuk ahli dalam bidang fiqih, hadist, sejarah, dan tafsir, karangan-karangannya adalah Al Bidayah Wan Nihayah Fi Tarikhi, Al Ijtihad Fi Tholabil jihad, Tafsirul Qur’an, dan lain-lainnya.
  • Fakhruddin Ar Rozi, bernama lengkap Muhammad bin Umar bin Al Hasan Attamimi Al Bakri Atthobaristani Ar Rozi Fakhruddin yang terkenal dengan sebutan Ibnul Khotib As Syafi’i, lahir di Royyi pada tahun 543 H. dan wafat pada tahun 606 H. di harrot, mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu pasti, dan juga mendalami ilmu filsafat dan mantiq, karangannya adalah mafatihul Ghoib fi Tafsirul Qur’an, Al Muhasshol fi Ushulil Fiqh, Ta’jizul Falasifah dan lain-lainya.

Ilmu Terkait Dalam Bidang Pentafsiran Al-Quran

  1. Lughah (Filologi): Suatu ilmu untuk mengetahui setiap arti kata al-Quran. Mujahid r.a., berkata, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, ia tidak layak berkomentar tentang ayat-ayat Al-Quran tanpa mengetahui ilmu lughah. Sedikit pengetahuan tentang ilmu lughah tidak cukup karena kadangkala satu kalimah mengandungi pelbagai makna. Tidaklah mencukupi jika hanya mengetahui satu atau dua makna. Kerana kemungkinan terjadi yang dimaksud oleh kalimah tersebut adalah suatu makna yang berbeza.
  2. Nahwu (Sintaksis) : Suatu ilmu berkenaan kaedah-kaedah yang digunakan untuk mengetahui hukum-hukum akhir bentuk kalimah-kalimah bahasa arab dan keadaan-keadaannya sewaktu sendiriannya dan sewaktu tersusunnya. Sangat penting mengetahui ilmu nahwu, karena sedikit saja i'rab (bacaan akhir kata) berubah akan mengubah arti kata tersebut. Sedangkan pengetahuan tentang i'rab hanya di dapat dalam ilmu nahwu.
  3. Sharaf (Morfologi) : Salah satu cabang dalam Ilmu tata bahasa Arab yang membahas permasalahan bentuk suatu kalimah atau kata, baik tentang perubahan bentuk, penambahan huruf, susunan huruf yang membentuk kata. Ilmu Sharaf tidak membahas ikrab atau baris di ujung kalimah atau kata. Ilmu Sharaf membahas secara khusus tentang huruf-huruf 'Ilah, Idgam, Ibdal dan Susanan huruf yang membentuk suatu kata.
  4. Isytiqaq (Akar Kata) : Suatu ilmu yang membahaskan tentang proses pembentukan kata yang dapat melahirkan beberapa kata yang lain, dan hasil dair proses pembentukan tersebut tetap memiliki makna yang mirip dengan makna kata dasarnya.
  5. Ma'ani (Susunan Kata): suatu ilmu untuk mengetahui keadaan-keadaan lafaz bahasa arab, yang dengan keadaan tersebut akan sesuai dengan Muqtadhal Hal (situasi dan kondisi), yakni yang berkaitan dengan keindahan penyusunan kalimah.
  6. Bayan: suatu ilmu yang secara bahasanya bermakna Al-Kasyfu (mengungkapkan) dan Al-Idlah (menjelaskan), manakala secara terminologinya suatu ilmu berkaitan dengan pemilihan suatu kalimah samada jelas maknanya atau tidak dan untuk mengetahui cara mendatangkan suatu makna yang dikehendaki dengan pelbagai cara penjelasan yang berbeza-beza. Terbahagi kepada tiga bahagian, iaitu: At-Tasybih (penyerupaan), Al-Majaz (lafaz), Al-Kinayah (konotasi).
  7. Badi': suatu ilmu untuk mengindahkan bunyian ayat.
  8. Qira'at: Suatu ilmu berkenaan kaedah-kaedah pembacaan Al-Quran yang berdasarkan kepada pelbagai mazhab-mazhab bacaan bersandarkan kepada bacaan Imam yang mula-mula mengambil cara bacaan tersebut dari para sahabat r.a. dan Rasulallah s.a.w.
  9. Aqa'id: Ilmu yang berkaitan dalam membicarakan untuk mengitsbatkan akidah-akidah agama yang terhasil dari dalil-dalil yang diyakini. Serta membicarakan tentang firqah-firqah dalam Islam.
  10. Ushul Fiqih: Suatu ilmu yang membahaskan kaedah yang menjelaskan metodologi pengambilan hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf dari sudut syarak.
  11. Asbabun Nuzul : adalah sebuah ilmu yang menerangkan tentang latar belakang turunnya suatu ayat atau sebagai keterangan yang menjelaskan tentang keadaan atau kejadian pada saat suatu ayat diturunkan, meski tidak ada kaitan langsung dengan turunnya ayat. Tetapi ada konsideran dan benang merah antara keduanya. Seringkali peristiwa yang terkait dengan turunnya suatu ayat bukan hanya satu, seringkali saja ada beberapa peristiwa yang sekaligus menyertai turunnya suatu ayat. Terdapat juga ayat-ayat tertentu yang turun beberapa kali, dengan motivasi kejadian yang berbeza.
  12. Nasikh Mansukh: Suatu bab dalam perbahasan ilmu usul fiqh, yang pada hakikatnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan percanggahan di antara dalil-dalil.
  13. 'Fiqih: Ilmu mengenai hukum-hukum syarak yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf yang diambil daripada dalil-dalil yang nyata dan jelas iaitu Al-Quran, Al-Sunnah dan pecahan dari keduanya seperti Ijmak dan Ijtihad (menyelesaikan suatu masalah yang tiada dalil yang jelas dari Al-Quran dan Al-Sunnah).
  14. Hadits: Suatu ilmu yang menerangkan tentang ayat atau Al-Quran yang mujmal, mutlaq, mubham dan lain-lainnya.
  15. Wahbi: Ilmu yang dianugerahkan Allah kepada seseorang hamba-Nya setelah menuntut ilmu dan menguasai asas-asas penting dalam agama, ianya kemudian muncul dalam rahsia hati hamba Allah tersebut tanpa melalui sebab-sebab usaha belajar, dan hanya diberikannya kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa.


Kaedah Asas Mentafsir Al-Quran



Syarat-Syarat Bagi Seseorang Pentafsir



Adab-Adab Bagi Pentafsir




Rujukan :